Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) 

nusakini.com - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan nilai-nilai kepemimpinan dan prinsip hidup yang selama ini dianutnya. Menurutnya, nilai-nilai yang terkristal dalam filosofi Bugis-Makassar mampu menjadi teladan dalam hidup ini.

“Mungkin kita tidak jago, tapi pasti hebat. Kenapa?, Karena orang Bugis Makassar memiliki pegangan hidup yang sangat kuat. Apalagi kalau dia diamanahkan menjadi seorang pemimpin atau pejabat”, ujarnya saat usai memimpin Rakernas APPSI yang juga dihadiri Presiden Jokowi, Selasa ((31/1/2017)

Filosofi Bugis Makassar, jelas SYL, "Sekali layar terkembang, surut kita berpantang/pantang surut biduk balik ke pantai” adalah simbol cita-cita dan visi dari seorang yang tangguh dan perkasa. Sikap tak kenal menyerah dan mau berhadapan dengan resiko seta mau mengelola, walau dalam badai sekalipun.

“Dengan begitu, masalah tidak perlu ditakuti tetapi tahu mencari jalan keluar dan menaklukkan gelombang dan badai yang ada dan disitumi ukuran ke "Bugis makassar"anmu” ucap SYL

Menurut SYL, niat baik, ketulusan disertai doa dan kepasrahan menjadi bagian yang melekat, bagian semangat ewako/rewako itu bukan hanya jago, tapi hebat.

“Berpindah jabatan dan meninggalkan posisi kepempinan serta mengejar tampuk kepemimpinan adalah hal yg biasa bagi kita. Kenapa? Karena setiap ada awal pasti ada akhir, Seperti halnya jabatan ada awal harus dipikul dan akan datang masa untuk meletakkannya, tidak peduli seberapa sangat dicintai atau diinginkannya sang pemangku jabatan. Itu adalah sunnatullah” ujarnya

Tetapi bahwa menjaga integritas, idealisme dan loyalitas selama memangku jabatan, itu adalah menjadi sesuatu yg harus dan mutlak. Godaan untuk melacurkan idealisme, memperjualbelikan integritas dan menjadikan loyalitas sebagai sekedar pemanis bibir, selalu datang pada setiap pemimpin atau pejabat dan semakin tinggi suatu jabatan, selain tantangannya makin tinggi, godaannyapun semakin besar.


“Mendapat amanah kepemimpinan bagi kita orang Bugis Makassar ibarat memelihara pohon. Pohon itu harus dipelihara, dipupuk disehatkan agar dapat berbunga, berbuah dan tidak ditumbuhi benalu. Sehingga saat pohon ini harus dipindahtangankan atau berpindah tangan kepada yg diberikan amanah berikutnya, pohon ini tidak dalam keadaan kerdil, rusak apalagi sampai kehilangan kemampuan bertumbuhnya” kata SYL

Menurutnya, itulah seharusnya makna amanah bagi siapapun yang diberikan kepercayaan mengelola jabatan. “Itulah mengapa saya dan kita semua menganggap sangat sangat penting menjaga idealisme, integritas dan profesionalisme dalam memangku dan mengelola setiap amanah jabatan dan kepemimpinan yang diberikan, baik oleh pemerintah, partai maupun masyarakat karena hanya dengan cara itu kita bisa menjaga prestasi-prestasi yang baik, karya-karya yang baik, manfaat2 yang baik dari suatu proses pengelolaan dapat berkelanjutan dari generasi ke generasi” jelasnya

Dia mengingatkan, celakalah bagi seorang pemimpin yang menyerahkan jabatan dan kepempinannya kepada penggantinya dalam keadaan organisasi itu tercederai citranya.

“Rasanya dengan segala kekurangan dan kelebihan, kita coba buktikan bersama ini semua di Sulsel, kita mau jadikan orang bangga, kagum, suka dengan cara pandang dan pegangan hidup sebagai orang Bugis-Makassar yang hebat itu.dan itu pasti ada di kita semua” pungkasnya. (sl/mk)